MAKALAH AGAMA ISLAM
“ ILMU
PENGETAHUAN TEKNOLOGI & SENI“
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6:
1.
NOVITA IBRAHIM : 532416039
2.
PANJI NUR IKSAN : 532416040
3.
ISKANDAR N. ID : 532416037
PRODI :
PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI
JURUSAN :
TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS
NEGERI GORONTALO
2016
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi maha penyayang, segala puji
baginya. Semoga sholawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan
kita, Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya dan juga
kepada pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Puji syukur
alhamdulillah panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan
segala Rahmat, hidayah, inayahnya. Sehingga penulis makalah ini dapat di selesaikan
dengan baik dan lancar. Makalah dengan judul “IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM” sebagai tugas makalah Agama.
Penulis berharap
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa dan teman- teman sekalian.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna,
karena masih banyak kekurangan dan kesalahan. Maka penulis menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Dengan makalah
ini, penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
penulis serta pembaca pada umumnya.
Gorontalo, 11 Oktober 2016
Penyusun,
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..
1.1. Latar Belakang……………………………………………………………..
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………….
1.3. Tujuan Penulisan…………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………..
2.1 Makna “IPTEKS” Dalam Islam..................................................................
2.2 Iman,
Ilmu, & Amal Sebagai Kesatuan.......................................................
2.3 Kewajiban
Menuntut & Mengamalkan Ilmu...............................................
2.4 Keutamaan
Orang Beriman Dan Berilmu...................................................
2.5 Tanggung
Jawab Ilmuan Terhadap Alam Lingkungan...............................
BAB III PENUTUP………………………………………………………….
3.1.Kesimpulan……………………………………………………………….
3.2.Saran…………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Dizaman modern saat ini ilmu pengetahuan sangat
dibutuhkan dalam kemajuan suatu bangsa, serta ilmu tersebut akan berpengaruh
terhadap taraf ekonomi,sosial dan intelektual seseorang. Dari tahun ke tahun
IPTEK sudah berkembang dengan pesat. Bahkan untuk oknum-oknum tertentu IPTEK
merupakan suatu kebutuhan primer.
Islam sangat memperhatikan pentingnya ilmu
pengetahuan,teknologi dan seni dalam kehidupan dalam umat manusia. Martabat
manusia disamping ditentukan oleh peribadahannya kepada Allah, juga ditentukan
oleh kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan,teknologi dan seni. Bahkan
didalam Al-qur’an sendiri Allah menyatakan bahwa hanya orang yang berilmulah
yang benar takut kepada Allah.
Dialog antara Allah dan Malaikat ketika Allah mau
menciptakan manusia dan Malaikat mengatakan bahwa manusia akan berbuat
kerusakan dan menumpahkan darah, Allah membuktikan keunggulan manusia dari pada
Malaikat dengan kemampuan manusia menguasai ilmu melalui kemampuan menyebutkan
nama-nama. IPTEK dan seni dalam praktik mampu mengangkat harkat dan martabat
manusia karena melalui IPTEK dan seni manusia mampu melakukan eksplorasi
kekayaan alam yang disediakan oleh Allah. Oleh karena itu dalam pengembangan
ilmu IPTEK dan seni, nilai-nilai islam tidak boleh diabaikan agar hasil yang
diperoleh memberikan kemanfaatan sesuai dengan fitrah hidup manusia.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana
konsep IPTEKS dalam islam?
2.
Bagaimana
integrasi antara iman, ilmu dan amal di dalam kehidupan?
3.
Menjelaskan
keutamaan orang yang beriman dan beramal?
4.
Bagaimana
tanggung jawab seseorang yang berilmu terhadap alam dan lingkungan?
1.3
TUJUAN
PENULISAN
Setelah mempelajari hasil
dari makalah ini kita dapat:
1. Menjelaskan pengertian IPTEKS dalam pandangan islam
2. Membedakan antara ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
3. Menyebutkan
sumber pengembangan IPTEKS dalam islam
4. Berprilaku arip
dan bijaksana dalam mengembangkan dan memanfaatkan produk teknologi dalam
kehidupan sehari-hari
5. Menghidarkan
diri dari kesombongan intelektual dan menyadari bahwa pada hakikatnyaIPTEKS itu
adalah suatu proses pencarian bagaimana sunnahtullah itu terjadi di alam
semesta ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Makna
“IPTEKS” Dalam Islam
Ipteks adalah akronim
dari rangkaian kata-kata ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Ilmu merupakan
kata yang berasal dari bahasa arab, asal kata dari: ‘alima – ya’lamu- ‘ilman
yang berarti tahu atau mengetahui. Ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang
yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam, hal ini
terlihat dari banyaknya ayat Al-Qur’an yang memandang orang berilmu dalam
posisi yang tinggi dan mulia, di samping hadits-hadits Nabi yang banyak memberi
dorongan bagi umatnya untuk terus bertuntut ilmu.
Disamping sumber-sumber lain berupa
kamus maupun mu’jam-mu’jam yang berbicara tentang struktur kata “ilmu atau
pengetahuan“, di dalam Al-Qur’an kata ilmu dan kata-kata jadiannya digunakan
lebih dari 780 kali, ini bermakna bahwa ajaran islam sebagaimana tercermin pada
Al-Qur’an sangat kental dengan corak-corak yang berkaitan dengan ilmu, sehingga
dapat menjadi ciri penting dari agama islam.salah satu ciri yang membedakan
islam dengan yang lainnya adalah penenkanannya terhadap masalah ilmu
pengetahuan. Al-Qur’an dan ash-Sunnah mengajak umat islam untuk mencari dan
mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan
pada derajat tinggi.
Teknologi
adalah produk dari llmu pengetahuan. Teknologi adalah hasil dari penerapan ilmu
pengetahuan yang teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan
peradaban dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia, juga dapat membawa dampak
negatif berupa ketimpangan bahkan kehancuran kehidupan manusia, alam lingkungan
dan alam semesta.
Seni
adalah hasil olah akal dan budi manusia yang merupakan ekspresi jiwa. Seni
identik dengan keindahan, dalam hadits dikatakan Allah itu indah dan suka
kepada keindahan. Keindahan yang dimaksud yaitu keindahan yang hakiki identik
dengan kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian.
Dalam islam antara wahyu, agama dan
ilmu harus sejalan tidak boleh berpisah satu sama lain, karena hakikat agama
adalah membimbing dan mengarahkan akal. Sehingga dari akallah menghasilkan ilmu
yang tidak boleh lepas dari nilai-nilai. dengan demikian dapat dikatakan bahwa
agama islam bersumber dari wahyu Allah Swt, sedangkan ilmu pengetahuan
bersumber dari pikiran manusia yang disusun berdasarkan hasil penyelidikan
alam, yang bertujuan mencari kebenaran ilmiah, IPTEK dalam islam dipandang
sebagai kebutuhan manusia dalam rangka mencapai kesejahteraan hidup di dunia
dan memberi kemudahan pada penigkatan Ubudiyah dan keimanan kepada Allah Swt.
IPTEK dalam islam juga sebagai bagian dari pelaksanaan kewajiban manusia
sebagai makhluk Allah yang berakal. Penghargaan islam terhadap ilmu pengetahuan
sangat tinggi sekali karena hal ini merupakan cerminan penghargaan bagi manusia
itu sendiri. penghargaan ini dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya:
a. Turunnya
wahyu pertama kepada Rasulullah Saw (Al Alaq :1-5)
b. Banyaknya
ayat Al-Qur’an yang memerintahkan manusia untuk menggunakan akal, pikiran, dan
pemahaman (Al Baqarah:44)
أَفَلَا
ۚ الْكِتَابَ تَتْلُونَ وَأَنْتُمْ أَنْفُسَكُمْ وَتَنْسَوْنَ
بِالْبِرِّ النَّاسَ أَتَأْمُرُونَ
"Mengapa
kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri
(kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Tidaklah kamu
berpikir?"
c. Allah
Swt memandang orang-orang yang tidak mau menggunakan potensi akalnya sehingga
mereka disederajatkan dengan binatang, bahkan lebih rendah lagi (Al’Araf :
179).
d. Allah memandang lebih tinggi derajat
orang-orang yang berilmu (Az Zumar : 9 dan Al Mujadilah : 11).
e. Allah
akan meminta pertanggungjawaban orang-orang yang melakukan sesuatu tidak
berdasarkan ilmu (Al Israa : 36).
f. Pemahaman
terhadap ajaran agama harus berdasarkan ilmu (Ali Imran : 18).
g. Dalam
menentukan orang-orang pilihan yang menjadi khalifah di muka bumi ini Allah
melihat sisi keilmuannya (Al Baqarah : 247).
h. Allah
menganjurkan kepada seorang yang beriman untuk senantiasa berdo’a bagi
pertambahan kekuasaan ilmunya (Thaha : 114).
2.2
Iman,
Ilmu, & Amal Sebagai Kesatuan
Dalam pandangan islam,
antara agama, ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni terdapat hubungan yang
harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam satu sistem yang disebut Dinul Islam. Di dalamnya terkandung
dalam tiga unsur pokok yaitu aqidah, syariah dan akhlak atau bersinergi dengan
kata iman, ilmu dan amal yang merupakan bagian dari Dinul Islam. Firman Allah
Swt dalam QS. Ibrahim 24-25 :
Ayat diatas mengilustrasikan
keutuhan iman, ilmu dan amal atau aqidah, syariah dan akhlak dengan kata Dinul Islam seperti batang pohon yang
baik, akarnya menghujam ke bumi, batangnya menjulang ke langit, cabang atau
dahannya rindang dengan buah yang amat lebat. Ini merupakan gambaran bahwa
antara iman, ilmu dan amal merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Iman
diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menjadi dasar dan fondasi, ilmu
bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan dan cabang-cabang ilmu
pengetahuan, sedangkan amal seperti buah dari pohon itu yang identik dengan
tekhnologi dan seni.
Jika direkonstruksi maka menurut islam, ilmu
yang selayaknya dikuasai manusia merupakan perpaduan ilmu-ilmu yang diperoleh
manusia melalui kawasan alam semesta (ayat-ayat kauniyah) dan ilmu yang
bersumber dari wahyu yang dapat ditangkap oleh para Nabi. Ilmu yang demikian
merupakan ilmu yang dijiwai tauhid atau keimanan. Syahirul Halim menyebutnya
ilmu yang terpadu, ia menggambarkan dalam skema sebagai berikut :
Allah Swt
|
Al- Kauri
|
Al Sunnah
|
Akal Manusia
|
Al Quran
|
Ilmu Allah Untuk Manusia
|
Syariat Islam
|
Ilmu Pengetahuan
|
Tekhnologi
|
Seni
|
Ilmi Pengetahuan Terpadu
|
Diamalkan/
Dimanfaatkan
|
Dengan demikian, ilmu
yang harus dikuasai menurut pandangan islam adalah segala ilmu yang dapat
membawanya menuju iman kepada Allah. Dalam kaitan inilah islam memasukkan
pancaran ilmu sebagai amalan yang sangat terhormat bahkan sebagian dari ibadah.
2.3
Kewajiban
Menuntut & Mengamalkan Ilmu
Dalam QS. Al Alaq ayat
1-5 Allah Swt berfirman :
“Bacalah
dengan menyebut nama tuhanmu, yang menciptakan. Dia yang menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah ! dan tuhanmulah yang paling pemurah. Yang
mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia telah mengajarkan manusia
apa yang tidak diketahuinya.”
Iqra yang diterjemahkan
dengan perintah membaca semata-mata bukan hanya ditujukan kepada pribadi
junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Tetapi juga untuk umat manusia di akhir
zaman. Prof. DR. Quraish Shihab mengatakan kata Iqra berasal dari kata kerja qaraa yang mempunyai arti beraneka ragam
antara lain menyampaikan, menelaah, membaca, meneliti, mengetahui ciri-cirinya.
Pada ayat tersebut
tidak terdapat obyek spesifik yang harus dibaca. Dalam kaidah ilmu tafsir
dikatakan bahwa suatu kata dalam susunan redaksi yang tidak disebutkan
obyeknya, maka obyek yang dimaksud bersifat umum. Maka Prof. Quraish Shihab
menyimpulkan makana iqra dalam arti membaca, dan karena obyek kata tersebut
bersifat umum, maka obyek kata itu mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau
oleh kata tersebut. Secara singkat yang dibaca adalah ayat-ayat kitabiyah yaitu
Al-Qur’an dan ayat-ayat kauniyah yaitu alam semesta dan fenomenanya. Untuk itu
Allah menganugerahi akal untuk memahami fenomena alam sebagai laboratorium
manusia, sehingga menimbulkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang
kemanfaatannya adalah untuk manusia juga.
Islam adalah kemajuan,
sebagaimana yang pernah di catat dalam sejarah. Ajaran islam tidak diragukan
lagi memberikan dorongan bagi pengikutnya untuk menguasai ilmu dan tekhnologi.
Dalam menerapkan ajaran agama islam sebenarnya memerlukan ilmu dan tekhnologi,
seperti ibadah shalat dan haji. Shalat merupakan pakaian yang menutupi aurat
dan itu memerlukan pakaian yang di produk dari ilmu dan tekhnologi. Begitu pula
pergi haji kemekkah, memerlukan transportasi laut atau udara yang juga merupakan produk dari ilmu dan tekhnologi.
Untuk itu ajaran islam
mengisyaratkan bahwa muslim menuntut ilmu penegtahuan agama atau umum dan
tekhnologi diberikan pahala melebihi orang-orang yang hanya tekun beribadah
sekalipun.
Dalam sejarah dibanyak
leteratur meneyebutkan bahwa pada periode klasik sekitar tahun 650-1250 M
semangat menuntut dan mengamalkan ilmu sangat terlihat jelas. Indikatornya
begitu banyak kemajuan di berbagai bidang baik IPTEKS maupun llmu agama yang
ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh muslim yang ahli diberbgai bidang ilmu
dan begitu banyaknya pendatang dari berbagai tempat untuk menuntut ilmu karena
dianggap munculnya Universitas Bait Al Hikmah di Bagdad dan Universitas Cordova
di Spanyol menjadi pusat peradaban ilmu pengetahuan.
Abad X Masehi disebut
abad pembangunan daulah Islamiyah dimana Dunia islam di mulai dari masa Bani
Abbasiyah di Bagdad dan Bani Amawiyah di Spanyol sebagai lanjutan kepemimpinan
Nabi Muhammad Saw dan Khulafaurrasyidin abad ke-VIII, mengalami kemajuan
disegala bidang terutama ilmu penegtahuan, teknologi dan seni. Dunia islam pada
waktu itu dalam keadaan maju, jaya, makmur dan sebagai pusat peradaban di dunia
barat & timur. Sebaliknya eropa pada waktu itu masih dalam kegelapan dan
kebodohan. Dunia islam sibuk mengadakan penyelidikan di laboratorium dan
observasi, dunia barat masih asyik dengan jampi-jampi dan dewa-dewa.
Hal ini disebabkan
agama yang dibawah Nabi Muhammad Saw telah menimbulkan dorongan untuk menumbuhkan
suatu kebudayaan baru yang bernafaskan islam. Dorongan itu mula-mula
menggerakkan terciptanya ilmu-ilmu penegtahuan dalam lapangan agama (ilmu-ilmu
naqli), kemudian ketika umat islam keluar dari jazirah arab mereka menemukan
perbendaharaan yunani yang mengakibatkan munculnya ilmu-ilmu dibidang akal
(ilmu aqli).
Dikatakan
perbendaharaan yunani karena pada waktu islam datang, ilmu yunani sudah mati
yang ditinggal hanyalah buku-buku saja. ketika islam sampai ke Byzantium,
persia dan lain-lain, mereka tidak lagi menjumpai ilmu dan kebudayaan yunani di
pelajari orang, yang didapati hanyalah Tabib Yunani, perkembangan baru tidak
diperoleh lagi.
Gerakan membangun ilmu
secara besar-besaran dirintis oleh Khalifah Ja’far Al Manshur setelah ia
mendirikan kota Bagdad sebagai pusat kerajaan Bani Abbasiyah. Ia banyak manarik
ulama dan para ahli dari berbagai daerah untuk datang dan tinggal di Bagdad. Ia
merangsang usaha pembukuan ilmu agama seperti fiqih, tafsir, tauhid, hadits,
ilmu bahasa,sejarah dan lain-lain.
Ulama-ulama yang ahli diberbagai bidang
agama dapat dikemukakan antara lain sebagai berikut :
a. Tafsir
: Ibnu Jarir At Thabary, Abu Muslim Muhammad bin Nashr Al isfahany, Abu Bakar Asma, As Suda yang
mendasarkan penafsirannya pada Ibnu Abbas dan Ibnu mas’ud.
b. Hadits
: Imam Bukhary, Imam Muslim, Abu Daud, At Turmuzy, An Nasa’I, Ibnu Majah dan
Ahmad bin Hambal.
c. Tasawwuf
: Hasan Al Bashri, Rabiyah Al Adawiyah, Al Qusyairy (kitabnya Al Rissatul
Qusyairiyah), Syhabuddari (kitabnya Awariffu Ma’arif), Imam Al Gazali (kitabnya
Ihya Ulumuddin).
d. Bahasa
: Imam Sibawaihi, Muaz Al Harro (yang mula-mula membuat kitab Tashrif), Al
Kasa’I (mengarang kitab tata bahasa), Abu Usman Al Maziny (karangannya banyak
tentang Nahwu).
e. Fiqih
: Imam Abu Hanifah (kitabnya fiqhul akbar), Imam Malik (kitabnya Al Muwatta),
Imam Syafi’i (kitabnya Al Um), Imam Ahmad Bin Hambal (kitabnya Al Musnad fil
Hadits, Zuhud)
Sekitar abad ke VIIIdan IX muncul ilmuan
muslim seperti :
·
Jabir Ibnu Hayyan
(bapak ilmu kimia, pendiri laboratorium pertama)
·
Al Khawarizmi
(matematika ulung pertama)
·
Al Kindi (filosuf
penggerak & pengembang ilmu pengetahuan)
·
Abu Syuja’ (ahli
aljabar tertua)
·
Ibnu Masawayh (dokter
spesialis diet)
·
Al Farghani (seorang
astronom yang karyannya banyak diterjemahkan)
·
Tsabit Ibn Qurran (Ahli
Geometri terbesar yang membahas waktu matahari)
·
Al Battani & Habasy
Al Marwazi (Ahli astronomi ternama)
·
Zakariyyah ar Razi
(Dokter penemu penyakit cacar dan darah tinggi).
Adapun sekitar abad ke X muncul ilmuan
muslim sebagai berikut:
·
Abu Qosim Al Zahrawi (Ahli
bedah yang reputasinya melebihi Galen & Socrates)
·
Al Farabi (Komentator
Aristoteles, filosuf yang mendapat gelar Al
muallimutssani)
·
Al Mas’udi (Ahli
Sejarah)
·
Ibnu Aamajur (Astronom
pencatat perjalanan bulan)
·
Ibnu Juljul (penulis
biografi dan ahli kedokteran)
·
Al Khazen (ahli
matematika yang memecahkan soal-soal Archimedes)
·
Abu Wa’fa (Astronom dan
ahli matematika yang mengembangkan trigonometri).
Sedangkan ilmuan muslim
yang muncul abad ke XI-XIII adalah Ibnu Haitsam (ahli fisika), Ibnu sina (bapak
kedokteran penemu macam-macam ilmu kedokteran), Al Biruni (Eksperimentalis),
Ibnu Wafid (Ahli farmakologi) (yang menyelidiki obat bius), Ibnu Saffar
(penulis sejumlah tabel astronomi), Abu Ubayd Al Bakri (Ahli ilmu bumi), Ibnu
Bajah (filosuf & ahli musik), Al Kharaki (Astronom Ahli matematika dan
geografi yang idenya di kutip oleh Roger Bacon), Al Idris (Ahli Geografi
termasyur), Al Khazini (Dokter ahli dan meteorologi yang memaparkan terori
gravitasi), Abu Khayr (Ilmuan ahli tumbuh-tumbuhan), Ibnu Rusd (bapak filosuf
di dunia barat denga gelar Averus, seorang dokter), Ibnu al Baythar (Dokter
hewan & farmakolog), Abi Mahasin (Dokter spesialis mata), Ibnu Khaldun
(Ahli Ekonomi & Sejarah) dan masih banyak lagi tokoh-tokoh muslim yang
sangat dikagumi di dunia barat pada waktu itu.
Melalui
beberapa ilmuan yang di paparkan diatas, kita umat islam patut berbangga karena
kemajuan IPTEKS yang manfaat dirasakan pada masa modern ini sesungguhnya
merupakan warisan dari dunia islam. Namun sayangnya terjadi semacam
keterputusan pewarisan nilai-nilai ilmiah dari generasi abad XIII ke generasi
berikutnya. Beberapa kemungkinan yang bisa diungkapkan antara lain :
·
Generasi umat terdahulu
kurang mempersiapkan generasi berikutnya untuk mengkondisikan suasana ilmiah bagi
kehidupan ilmiah sebagai bagian dari kehidupan umat.
·
Generasi berikutnya
cepat puas terhadap hasil-hasil dari ilmuan sebelumnya tanpa berusaha
mengembangkan dan menciptakan inovasi baru.
·
Para penguasa di
negeri-negeri islam kurang mendukung perkembangan iptek sehingga suasana
pekembangan iptek di kalangan kaum muslimin menjadi kering.
Beberapa persyaratan
mendasar harus dipenuhi oleh umat islam apabila berkehendak membangkitkan
kembali di dunia islam.
Pertama,
kita harus menyadari dan memahami kembali tugas
kekhalifahan antara lain memekmurkan bumi.
Kedua,
kita harus mampu menangkap pesan-pesan yang
terkandung di dalam wahyu pertama yaitu iqra yang mempunyai pengertian yang
sangat luas dan dalam.
Ketiga,
kaum muslimin harus menyadari dan memahami bahwa
sebanyak 750 ayat-ayat kauniyah itu adalah hampir seperdelapan isi dari
ayat-ayat Al-Qur’an. Dalam ayat itu sebenarnya kita ditegur agar senantiasa
mempelajari alam semesta, untuk berfikir dengan penalaran, menjadikan kegiatan
ilmiah sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan umat islam.
Keempat,
kita harus menyadari dan memahami bahwa Al-Qur’an
sangat menekankan keunggulan orang-orang alim, yaitu orang yang mempunyai ilmu
penegtahuan. QS. Az-Zumar ayat 9 Allah berfirman :
Ayat diatas merupakan
teguran yang diharapkan menyadarkan umat islam agar mempunyai kesadaran ilmiah.
Ayat diatas juga mengisyaratkan bahwa di syurga kelak, orang yang berilmu
menduduki tingkatan surga yang tinggi, dibanding dengan mereka yang tidak
berilmu pengetahuan.
Kelima,
para penguasa hendaknya menyadari dan memahami bahwa kedudukan mereka sangat
stategis dalam menumbuhkan suasana kehidupan ilmiah di dalam negaranya.
Keenam,
para ahli tafsir Al-Qur’an seyogyanya bekerja sama
dengan erat dengan para ilmuan ayat-ayat kauniyah, untuk menafsirkan
isyarat-isyarat ilmiah yang terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an. Hal ini akan
membuat yang membuat kitab suci Al-Qur’an dapat diajak berdialog dengan hidup
oleh para ilmuan dan dapat merangsang untuk meneliti lebih jauh tentang
kebenaran AlQur’an.
Disamping itu dukungan
uamt Islam terutama para dermawan yang dapat dibantu membiayai proyek-proyek
atau program yang berkenan dengan penelitian dan pengembangan iptek. Kerja sama
yang erat antara penguasa, ulama dengan berbagai spesialisasinya dan
konglomerat yang merelakan hartanya untuk kegiatan di jalan allah, masyarakat
muslim sadar akan pentingnya iptek, maka suda saatnya di tumbuhkan dengan
mengikatakan pada satu tali, yakni tali allah swt
2.4
Keutamaan
Orang Beriman Dan Berilmu
Sesunguhnya islam
adalah agama yang mengahrgai ilmu pengetahuan. Bhkana allah sendiri lewat al
quran meninggikan derajat orang berilmu di bandingkan orang yang tidak berilmu.
Allah swt berfirman dalam Qs Almujadilah
ayat 11:
Bahkan
pada surat Ali imran ayat 18 Allah SWT memuliakan dengan dirinya, lalu
malaikatnya dan kemudian dengan orang
orang yang berilmu. Jelas kalau allah mengahragai orang orang berilmu. Bahkan
allah menyatakan bahwa hanya dengan ilmu orang bisa memahami perumpamamaan yang
di berikan allah. “ dan perumpamaan perumpamaan ini kami buat untuk manusia,
dan tiada memahamaminya kecuali orang orang berilmu. Qs Al ankabut 43.”
Allah berfirman dalam Qs. Anisa ayat 162
:
Dalam hadits banyak di
sebut keutamaan orang berilmu antara lain, “uaQuran lam adalah pewaris
paranabi”. Bahkan nabi tidak tanggung-tanggung lebih meninggikan seorang ilmu
dari satu kabilah “sesungguhnya matinx satu kabilah lebih ringan dari matinya
seorang alim (HR. Thabrani). Sehingga itu banyak hadits yang memerintahkan
kepada kita untuk menuntut ilmu yang tentunya dengan ladnasan iman.
Abu
zar Al Ghifari meriwayatkan bahwa rasulullah saw bersabda, menghadiri majelis
orang alim lebh utama dari pada sholat seribu rakaat, menjeguk seribu orang sakit,
menghadiri seribu jenaza”. Kemudian abu dzar bertanya, “bukankah membaca
Al-Quran lebih utama dari majelis orang alim? Nabi Saw menjawab dengan lugas
bijak sana,”apakah membaca Al-Quran berguna tanpa ilmu?”. Di antara sabda nabi
lain, “orang pandai adalah kepercayaan allah swt di muka bumi. Kelak pada hari
kiamat, terdapat tiga kategori sebgai kategori sebagai pemberi safaat; paraa
nabi , orang pandai dan orang orang yang mati sahid”
Hal
ini jelas menunjukhwa derajat orang pandai, ulama ,ilmuan,dan cedikiawan
sanggta terhrmat di sisi allah stw, sehingga di kategorikan sebagai pemberi
syafaat sesuai dengan firman Allah QS.An Najm ayat 26:
2.5
Tanggung
Jawab Ilmuan Terhadap Alam Lingkungan
Pada hakikatnya setiap
kita hidup di tengah suatu tatanan lingkungan hidup yang telah di ciptaan allah
SWT, harus memanfaatkan keberadaannya
tapi sekaligus harus mempertahankan fungsi dan kualitasanya. Sebagaimana amanat
Tuhan kepada manusia dengan dikesankan-Nya pula bahwa bumi secara keseluruhan
adalah suatu tatanan lingkungan hidup yang terbesar, yang perlu dicermati QS.
Hud ayat 61.
Kejadian bermacam-
macam permasalahan lingkunan hidup yang dialami oleh manusia, sudah seharusnya
membangun kesadaran bahwa semua itu merupakan peringantan Allah Swt atas
kelalaian manusia, dan Allah Swt mangharuskan manusia kembali ke jalan yang
benar. Oleh karena itu manusia sudah selayaknya menarik pelajaran berharga dari
pengalaman buruk masa lalu demi kebaikan dikemudian hari.
Dalam konteksi ini kita
patut berpaling kepada firman Allah QS. Al Hasyr ayat 2 ا لْأَبْصَارِ أُولِي يَا فَاعْتَبِرُوا (
Hendaklah kamu ambil semua pelajaran, hai orang-orang berpandangan tajam).
Untuk itu setidaknya ada 3 hal yang patut direnungi sesuai kehendak agama:
1) Sudakah
dipahami dan dihayati bahwa alam lingkungan hidup tempat kita berada adalah
sarana kesejahteraan yang memang diamanatkan Allah Swt untuk dilestarikan
fungsi dan kualitasnya supaya senantiasa bermanfaat dalam menopang penghambaan
(
‘Abdun= Hamba Allah) kepada sang khaliq
dari waktu ke waktu dan dari generasi ke generasi.
2) Sudakah
dicermati dan diakui bahwa masalah dan tragedi lingkungan hidup yang mucul
akibat perbuatan tangan dan kelalaian tangan manusia, tidak hanya merugikan
manusia sendiri, melaikan merugikan masyarakatnya bahkan bangsa dan negara
sehingga berimplikasi pada rendahnya harkat dan martabat bangsa sendiri
Firman
Allah Swt QS. Ar Rum Ayat 41.
3) Sudakah
disadari dan direnungi bahwa sikap iman yang terpuji jika kita menyatakan
menyesal lahir batin kepada Allah Swt untuk tidak mengulangi perbuatan lalai
dan mungkin pula serakah, seraya berjanji untuk selalu menghindari tindakan
tidak peduli lingkungan yang bukan saja merupakan tanggung jawab ilmuan tapi
kita semua demi keberhasilan hidup yang sejati dalam menggapai ridha Allah Swt.
Semestinya setiap orang
yang siap menjawab ‘sudah’ dengan ketiga pernyataan diatas, sehingga tumbuh
semangat untuk berbuat positif dan nyata bagi pencapaian kelestarian dan
keseimbangan kualitas serta fungsi lungkungan hidup. Dengan semangat perbuatan
nyata maka manfaat yang dapat dipetik dari lingkungan hidup akan terus
berlangsung. Dengan demikian akan hadir suasana hidup yang nyaman serta damai
sejahtera, tanpa mengalami bencana yang datang merebak ditengah kehidupan manusia.
Atas keyakinan seperti itu, kaum cendekiawan muslim sepatutnya mampu melihat
nilai lebih dari ilmu pengetahuan tekhnologi dan seni (ipteks). Tentang
pengolahan lingkungan hidup yang islami bagi kemaslahatan umat manusia dan
peradaban.
Rasulullah Saw pada
suatu ketika pernah bersabda, “janganlah
kencing di bawah pohon”. Isi hadits ini sekilas seperti berlawanan dengan
kaidah ilmu kesuburan tanah yakni kencing yang banyak mengandung unsur nitrogen
mestinya malah menambah unsur hara tanah dan pada gilirannya akan menyuburkan
pohon. Justru sebatang pohon adalah bagian dari lingkungan hidup, tanpa air
seni seseorang, pohon akan tetap rindang dan fungsi rindangnya akan
munguntungkan pohon maupun burung yang hinggap dan juga orang-orang yang suatu
ketika ingin berteduh. Dan berbaring dibawahnya untuk memanfaatkan
kerindangannya. Totalitas fungsi dan kualitas lingkungan hidup itulah yang
diajarkan Nabi supaya terpelihara dan setiap waktu dapat terpetikan dari setiap
unsur linkungan manusia, dama Al-Qur’an surah Al Qashas ayat 77 :
Dari firman Allah
diatas, paling tidak ada tiga dalil argumentatif yang perlu diperhatikan guna
memperkuat strategi pengolahan lingkungan hidup, yaitu:
a. Ada
tiga macam hubungan keserasian di muka bumi yang perlu diperhatikan yakni
hubungan manusia dengan tuhan (yang menjanjikan balasan kebaikan di akhirat),
hubungan antara sesama manusia (yang bermaksud mengabdi pada dunia manusia
sebagai makhluk sosial), serta hubungan antara manusia dengan alam lingkungan
dipermukaan bumi.
b. Ada
tiga langkah strategis yang dinyatakan secara berurutan derajat kepentingannya,
yaitu langkah pembinaan hubungan dengan tuhan sebagai landasan bagi langkah
pembinaan hubungan dengan sesama manusia yang kemudian sekaligus akan menjamin
keberhasilan langkah pembinaan hubungan manusia dengan alam lingkungannya.
c. Ada
tiga derajat keberhasilan dapat tercapai dengan sendirinya, yaitu keseimbangan
dan kelestarian lingkungan hidup, yang akan tercapai jika terlebih dahulu
berhasil dibentuk keseimbangan dan kelestarian hubungan sesama manusia, dan ia
akan langgeng efektif jika didasari keserasian hubungan manusia terhadap Allah
Swt.
Didasari atau tidak,
peradaban manusia memang semakin berpaling kepada lintasan kebenaran islam,
karena hanya dengan ajaran islma yang kaffah (paripurna) manusia akan dapat
merekayasa dan mengisi kemajuan peradaban lingkungan hidupnya. Setiap pribadi
muslim dan para cendekiawan muslim harus ambil bagian dalam langkah maju
menikmati kebahagiaan sejati yaitu dunia dan akhirat.
Melalui kemampuan iptek
dan imtak manusia sepenuhnya menyadari bahwa untuk mencapai kebehagiaan hidup
sejati mereka harus senantiasa sadar akan tugas dan kewajiban diri, sadar akan
hak orang lain dan bahkan hak hidup sesama makhluk tuhan sebagai bagian dari
hak diri sendiri. Selalu harus disadari, akan ada saat pertanggungjawaban
tentang apa yang telah di perbuatnya di muka bumi dalam rangka menjalankan
fungsi manusia sebagai hamba Allah dan Khalifah Allah. Dengan demikian kalau
digambarkan konsep hamba dalam hubungannya dengan alam lingkungan maka manusia
diciptakan Allah untuk mengabdi kepadanya. Tugas manusia untuk mengabdi kepada
Allah yang disebutka dalam QS. Az Zumar ayat 56. Mengabdi kepada Allah dapat
dilakukan melalui dua jalur yaitu ibadah mahdhah (ibadah khusus) yaitu segala
upacara pengabdian langsung kepada Allah yang cara dan waktunya telah
ditentukan oleh Allah sendiri sedang rinciannya di jelaskan oleh Rasulnya
seperti shalat, zakat, puasa dan haji. Pengabdian melalui jalur umum (Ghairu
Mahdhah) dapat diwujudkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik yang
disebut dengan amal shaleh yaitu perbuatan yang bermanfaat buat diri sendiri,
masyarakat dan alam lingkungan.
Konsep khalifah
sebagaimana yang disebutkan dalam QS. Al Baqarah ayat 30 dinyatakan bahwa ‘Allah menciptakan manusia untuk menjadi
khalifah-nya dibumi’ .kata khalifah mengandung makna bahwa Allah menjadikan
manusia wakil atau pemegang kekuasaannya mengurus dunia dengan jalan
melaksanakan segala yang diridhainya di muka bumi. Dalam mengurus dunia
sesungguhnya manusia diuji, apakah ia akan melaksanakan tugasnya dengan baik
atau buruk. Mengurus dengan baik adalah mengurus kehidupan dunia ini sesuai
dengan kehendak Allah, sesuai dengan pola hidup yang telah ditentukannya agar
kemanfaatan alam semesta dan segala isinya dapat dinikmati oleh manusia dan
makhluk lainnya. Sebaliknya, pengurusan tidak baik maka akan terjadi malapetaka
yang dapat merugikan manusia dan alam lingkungannya. Untuk itu manusia di beri
akal dan qalbu yang tidak diberikan kepada makhluk lain. Karenannya akal
pikiran manusia mampu mengamati alam semesta menghasilkan dan mengembangkan ilmu
yang benihnya telah ‘disemaikan’ Allah sewaktu mengajarkan nama-nama benda
kepada manusia asal, waktu Allah menjadikan Adam menjadi khalifah pertama
dibumi. Dengan akal pikiran melahirkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, Manusia diharapkan mengembangkan amanah
sebagai khalifah Allah untuk mengelola bumi dan alam lingkungan sabagai bekal
nanti untuk mendapatkan keridhaan Allah di dunia dan akhirat.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang Allah karuniakan akal sebagai
alat untuk berfikir. Dengan akal manusia mampu menyerap ilmu pengetahuan dan
menciptakan teknologi, serta manghasilkan karya seni, sehingga dapat menciptakan
peradaban di muka bumi. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
manusia melalui tangkapan pancaindra intuisi dan firasat. Jadi Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi serta Seni dalam islam sangat mempengaruhi bagi kemajuan agama
islam. Serta dengan keiman dan ketakwaan terhadap Allah SWT, manusia
diberikan derajat yang lebih tinggi dan manusia juga memiliki tanggung
jawab terhadap Allah yaitu beribadah kepada Allah dan menjaga keindahan
dan keaslian alam.
3.2 SARAN
Adapun saran dari kami yaitu:
1. Pengembangan IPTEK
dan Seni dalam Islam sebaiknya sesuai dengan syariat Islam yang ada.
2. IPTEKS dalam Islam
diharapkan mampu menopang kemajuan kehidupan umat islam.
3. Ada bagusnya
jika seseorang yang memiliki intelektual yang tinggi memanfaatkan itu dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan syariat Islam.
4. dan sebagai
makhluk ciptaan Allah maka wajib bagi kita untuk taat terhadap apa yang
diberlakukan Allah kepada kita yaitu mengerjakan yang ma’ruf dan
menjauhkan dari yang munkar.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Darwin une, dkk. 2016. Edisi
Revisi. Pendidikan Agama islam di perguruan tinggi. Gorontalo: ideas publishing.